Opini

KAMPANYE INTEGRITAS

Kemeriahan pilkada salah satunya akan terlihat saat tahapan kampanye. Tahapan ini memberi kesempatan yang sangat luas kepada setiap kandidat untuk menyampaikan seluruh visi-misinya kepada public secara terbuka melalui panggung-panggung kampanye, maupun melalui bahan dan alat peraga kampanye. Bahkan seluruh janji-janji politik akan disampaikan pada tahapan ini untuk menunjukkan posisi setiap kandidat berkaitan soal issue kesejahteraan dan kemajuan. Pelaksanaan pilkada sejatinya adalah ‘arena tarung’ yang dilegalisasi oleh negara pada setiap  daerah untuk menentukan pemimpinnya.  Arena Tarung yang saya maksudkan adalah tarung rekam jejak, tarung integritas, serta tarung ide dan gagasan. Pilkada memfasilitasi pertarungan itu diarahkan pada hal-hal yang konstruktif, agar public di suguhkan menu percakapan yang menyehatkan literasi public soal politik. Public berhak mendapatkan nutrisi yang baik soal pelaksanaan pilkada,  karena pada akhirnya publiklah yang akan merasakan hasil dari kontestasi tersebut. Pada tahapan kampanye seluruh “pertengkaran” ide dan gagasan itu difasilitasi secara terbuka melalui beberapa metode kampanye, mulai dari pemasangan bahan kampanye, alat peraga kampanye, pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, debat kandidat, dan rapat umum (kampanye akbar). Seluruh metode ini adalah lahan yang di siapkan kepada para calon kepada daerah untuk menyampaikan seluruh kebaikan, pengalaman, serta gagasannya kepada public sebagai suguhan suplemen kemajuan dan kebaikan negeri. Tahapan kampanye harus jadi semacam lalulintas pikiran yang disampaikan secara terukur dan berintegritas. Panggung-panggung kampanye harus di isi oleh orasi-orasi yang konstruktif yang penuh dengan keadaban, kesejukan, dan semangat persatuan. Menarik kalau kita mencermati proses kampanye, Dimana para kandidat yang diusung oleh partai-partai yang berbeda namun seluruh visi-misi mereka memiliki tujuan yang sama yang itu soal kesejahteraan dan kemajuan. Saya kira ini modal besar bahwa kampanye itu sebenarnya punya daya getar yang kuat untuk kemajuan negeri, karena semua kandidat membicarakan soal kemajuan. Energi yang besar ini harus mampu di kelolah dan diarahkan pada percakapan yang konstruktif untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita bahwa kemajuan itu sampai di rumah-rumah warga miskin. Ada tantangan yang harus di jinakkan untuk menghadirkan kampanye yang bukan hanya berkulitas namun berintegritas.

Kampanye di Era Post-Truth

The Cambridge dictionary dalam buku Demokrasi di Era Post Truth mendefinisikan era post-truth sebagai situasi di mana orang menjadi lebih menerima argumentasi berbasis emosi dan keyakinan dari pada argumentasi yang berbasis fakta. Tantangan menghadirkan kampanye yang berintegritas ditengah sunami digitalisasi demokrasi saat ini membutuhkan tanggung jawab yang tinggi dari para kontestan agar kampanye manghadirkan keadaban politik. Kampanye tidak boleh lagi di isi saling fitnah, menyebarkan hoax dan menciptakan fake news yang kemudian mendegradasi kualitas kampanye. Digitalisasi di dalam demokrasi harus dimaknai sebagai sesuatu yang baik sebagai lahan dan kanal kampanye yang sangat potensial. Tantangan menjinakkan era post-truth Dimana orang menyampaikan sesuatu lebih pada apakah orang menyukainya dibanding berdasarkan fakta, maka setiap kandidat harus bertanggung jawab melaksanakan kampanye secara berintegritas. Lalulintas informasi harus lebih mencerdaskan public dan berdasarkan fakta, agar percakapan di ruang public itu menghasilkan keadaban politik. Kampanye harus dimaknai sebagai ajang berbastabikul khaerat (berlomba-lomba dalam kebaikan) menyampai kan keinginan memperbaiki negeri. Maka kengingan yang tulus dan mulia itu tak boleh di kotori oleh hal-hal yang destruktif, seperti hoax, hate speech, fake news dan black campaign. Oleh karena tanggung jawab menghadirkan kampanye yang betintegritas harus menjadi tanggung jawab para kontestan dan para tim suksesnya agar setiap memproduksi materi kampanye harus sesuai dengan fakta, agar public di suguhi informasi yang valid dan factual. Kasus Pemilihan Presiden Amerika harus jadi Pelajaran bagi kita, bahwa hoax yang terus-menerus diproduksi bisa menjadi guncangan demokrasi. Puncak dari akibat hoax yang terus diproduksi dalam pemilihan Presiden Amerika adalah Kekacauan yang terjadi di Gedung Capitol Hill, Ketika massa pendukung Trump mendatangi sidang  pengesahan kemangan Biden-Kamala. Bagi saya ini adalah tragedy demokrasi di negara Paling demokratis akibat serangan hoax. Pelajaran tragedy Pilpres Amerika harus jadi pengalaman bahwa hoax bisa menjadi predator pembunuh tumbuhnya demokrasi yang sehat.

Kampanye di Tengah Wabah Klientelisme

Nichter dalam buku Kuasa Uang mendefinisikan klientelisme electoral sebagai “distribusi imbalan materiel kepada pemilih yang dilakukan pada saat pemilihan saja. Klientelisme sebagai salah satu racun yang mematikan di dalam upaya merawat demokrasi.  Kita ingin demokrasi bicara soal kemampuan isi kepala bukan kemampuan isi tas dalam melakukan penetrasi merayu pilihan public. Semua kandidat punya tanggung jawab merawat demokrasi  agar terus hidup dan tumbuh dengan memberikan Pendidikan politik melalui panggung-panggung kampanye . Merawat demokrasi tetap hidup dan tumbuh sama nilainya dengan terus menjaga harapan dan mimpi kita soal kemajuan dan kesejahteraan itu mewujud dalam kehidupan Masyarakat. Melakukan penetrasi kepada pemilih dengan kekuatan uang untuk mempengaruhi pilihannya sama saja dengan merusak nilai-nilai demokrasi, melanggar nilai-nilai agama, dan merusak martabat manusia. Saya sering katakan bahwa kalau kita ingin mencapai cita-cita kemajuan, maka  yang pertama harus diperbaiki adalah memperbaiki politiknya, karena politik adalah sumber dari Upaya memperbaiki keadaan. Kalau politik nya baik maka semua sendi kehidupan akan ikut baik, tetapi kalau politiknya rusak maka akan merusak segala sendi kehidupan. Percakapan  di panggung-panggung depan kampanye harus seirama dengan apa yang terjadi di belakang panggung politik. Komitmen ini penting untuk menghadirkan pilkada sebagai kontestasi gagasan bukan kontestasi isi tas. Terakhir merekonstruksi kampanye berintegritas menjadi tanggung jawab setiap calon dan para tim sukses untuk menghadirkan kampanye yang penuh dengan keadaban dan kesejukan, agar kampanye bukan hanya soal Upaya meraih pilihan public tetapi kampanye juga menghadirkan kering-gembiraan di ruang publik.

 

Penulis : SUPRIATMO LUMUAN

               Ketua KPU Kab. Banggai Kepulauan Periode 2023-2028

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 28 kali